PAMOTAN – Peringatan Hari Kartini ke-142 walaupun tidak dilaksanakan secara meriah tetapi nuansa perayaannya dilaksanakan secara sederhana dan religius karena bertepatan dengan bulan suci ramadhan dan masih dalam kondisi pandemic covid-19.

Kegiatan di Kecamatan Pamotan seluruh Karyawan/karyawati Kecamatan Pamotan pada hari Rabu (21/04) secara serempak mengikuti Upacara virtual yang diselenggarakan di Pendopo Museum RA. Kartini Kabupaten Rembang.

Bertepatan hari kartini tersebut khususnya untuk Perempuan memakai pakaian adat dan Laki-laki memakai batik lengan panjang. Nuansa keharmonisan terasa mana kala Ibu-ibu mengenakan pakaian adat yang tidak lazim seperti hari-hari biasa, terasa aneh karena tidak terbiasa mengenakan pakaian adat seperti yang diutarakan Rosidah.

Ia mengaku kurang percaya diri ketika memakai pakaian adat karena tidak terbiasa, dan pakaian adat ini hanya dikenakan pada hari-hari tertentu saja.

“Rasane piye jee, saya pribadi kurang percaya diri, namun karena jasa besar RA. Kartini yang membawa perubahan bagi kaum perempuan, yaa harus saya hargai perjuangannya.”Terangnya

Rosidah juga berharap untuk kedepannya emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh RA. Kartini tetap diteruskan oleh generasi muda dengan mengisi hal yang positif.

Sedangkan Novi justru menyampaikan bahwa ia mengaku senang memakai pakaian adat, tetapi untuk aktifitas kerja diakuinya kurang bebas.

“Untuk aktifitas kerja kurang bebas misalnya memakai jarit jadi pergerakannya terbatas, tidak seperti pakaian kerja biasa yang mengenakan celana. Tetapi saya juga berharap pakaian adat tetap dilestarikan dengan berbagai kegiatan/event lomba.” Ungkap Novi

Sementara Camat Pamotan M. Mahfudz mengapresiasi Ibu-ibu yang sudah memakai pakaian adat untuk memperingati Hari Kartini yang ke-142, harapannya peringatan ini menjadi simbul untuk melestarikan budaya dan menggelorakan cita-cita perjuangan RA. Kartini sesuai tema kartini “Dengan Semangat Kepahlawanan Kartini Kita Tingkatkan Daya Saing Menuju Masyarakat Rembang Yang Sehat Dan Gemilang”.

“Saya harapkan Ibu-ibu tidak malu saat memakai pakaian adat, harusnya bangga karena bisa nguri-nguri budaya yang adi luhung, serta bisa melestarikannya.” Pungkasnya (Ika/Fan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *